SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Senin, Juni 11, 2012

Psikoterapi dan Hipnoterapi untuk Kurang Percaya diri / Minder


Apakah anda merasa kurang percaya diri ?

Bagaimana hal ini telah menganggu dan membatasi keberhasilan anda hingga saat ini ?

Apa yang dapat anda lakukan seandainya memiliki rasa percaya yang kurang ?

Percaya diri adalah memiliki kepercayaan dan keyakinan pada kemampuan diri untuk melakukan atau mencapai sesuatu yang baik dalam sosial, hubungan, pekerjaan, atau hal-hal lainnya dalam kehidupan.

Kepercayaan diri yang tinggi merupakan elemen yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang signifikan.

Kita semua pernah mengalami kurang percaya diri dalam hal-hal tertentu, namun bagi penderita, perasaan ini hadir secara konstan dari waktu ke waktu dalam kehidupan mereka. Memiliki kepercayaan diri yang rendah bisa sangat membatasi, mempengaruhi kemampuan kita untuk menjalani kehidupan dengan baik bahkan menghilangkan kesempatan dan menghindari peluang yang ada.

Kepercayaan diri yang rendah seringkali muncul dan menganggu dalam hal-hal berikut :
1. Kurang percaya diri dalam berinteraksi sosial, misalkan bersama lawan jenis, keluarga, teman maupun rekan kerja.
2. Ketakutan yang tidak seharusnya terjadi, seperti dalam menghadapi ujian, dalam menghadapi klien maupun atasan dan bawahan kerja.
3. Kegiatan sosial
4. Mengemudi (takut mengemudi)
5. Wawancara/ penilaian kerja
6. Presentasi / public speaking
7. Tampil dalam pertunjukan
8. Merasa tidak cukup baik
9. Pemalu
10. Takut terhadap penilain atau pandangan orang
11. Takut berbuat salah
12. Canggung menghadapi situasi konfrontatif
13. Takut kritik atau perfeksionis
14. Canggung berada di kelompok atau menghadapi orang tertentu
15. Memimpin bawahan

Ketidak percayaan diri bukan saja dialami oleh kalangan orang-orang yang kurang berprestasi namun dapat pula terjadi pada kalangan orang-orang berprestasi, seperti manajer, supervisor, guru, dsb. Persoalan percaya diri mendominasi kasus terapi saat ini secara klinis maupun non klinis.

Ada beberapa penyebab kurang percaya diri, seperti :
1. Pengaruh lingkungan
2. Diremehkan atau dikucilkan lingkungan
3. Hasil didikan orangtua yang penuh larangan
4. Kurang kasih sayang atau pujian dari keluarga
5.  Trauma kegagalan di masa lalu
6. Trauma atas kejadian buruk di masa lalu
7. Kecemasan

Kurangnya kepercayaan diri umumnya merupakan gejala dari adanya trauma / kecemasan di bawah sadar yang belum ‘dilepaskan’.  

Psikoterapi adalah cara yang sangat efektif untuk melepas trauma masa lalu secara permanen, meningkatkan kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri sedangkan hipnoterapi adalah cara yang efektif untuk membantu dan menambah kepercayaan diri melalui sugesti yang positif dan penguatan pikiran alam bawah sadar.

Psikoterapi dan Hipnoterapi memungkinkan anda untuk sepenuhnya menyelesaikan akar penyebab masalah dalam suasana yang sangat nyaman dan tidak menghakimi dan memungkinkan anda untuk membuat perubahan besar dalam hidup.

Pengobatan psikoterapi maupun hipnoterapi sekaligus telah ada di kota Medan. "Accurate" Health Center Medan merupakan pusat pengobatan psikologi modern yang memiliki presentasi terapi yang terbanyak, seperti konseling psikologi, psikoterapi, tes psikologi, hipnoterapi, terapi tingkah laku, tes psikologi hingga terapi akupunktur maupun fisioterapi dapat membantu pasien dalam memperbaiki fungsi syaraf otak dan melancarkan aliran darah.

Minggu, Juni 03, 2012

SEJARAH SUKU DAYAK

SEJARAH SUKU DAYAK
Dayak atau Daya (ejaan lama: Dajak atau Dyakadalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:
  • "Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau),
  • "Dayak Darat" (13 bahasa)
  • "Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina.
  • "Sulawesi Selatan" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
  • "Melayik" dituturkan 3 suku Dayak: Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Kutai, Berau, Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Tidung, Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) dan Paser (rumpun Barito Raya).

Etimologi

Masyarakat Dayak Barito beragama Islam yang dikenali sebagai suku Bakumpai di sungai Barito tempo dulu.
Istilah "Dayak" paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu. Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata daya dari bahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.
Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah Daya (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu).Jadi semula istilah Daya ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan Dayak Laut (rumpun Iban). Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah sungai Kahayan) dan Biaju Kecil (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi Dayak Besar dan Dayak Kecil. Sejak itu istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah “Dayak” dipakai meluas yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang berbeda-beda bahasanya, kususnya non-Muslim atau non-Melayu. Pada akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, seorang ilmuwan Belanda, adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah Dayak dalam pengertian di atas pada tahun 1895.
Arti dari kata ‘Dayak’ itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Commans (1987), misalnya, menulis bahwa menurut sebagian pengarang, ‘Dayak’ berarti manusia, sementara pengarang lainnya menyatakan bahwa kata itu berarti pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yang paling tepat adalah orang yang tinggal di hulu sungai.Dengan nama serupa, Lahajir et al. melaporkan bahwa orang-orang Iban menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai. Mereka juga menyatakan bahwa sebagian orang mengklaim bahwa istilah Dayak menunjuk pada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang-orang Kalimantan, yaitu kuat, gagah, berani dan ulet.Lahajir et al. mencatat bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penuduk asli Kalimantan dalam literatur, yaitu Daya', Dyak, Daya, dan Dayak. Penduduk asli itu sendiri pada umumnya tidak mengenal istilah-istilah ini, akan tetapi orang-orang di luar lingkup merekalah yang menyebut mereka sebagai ‘Dayak’.

Asal mula

Secara umum kebanyakan penduduk kepulauan Nusantara adalah penutur bahasa Austronesia. Saat ini teori dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter Bellwood dan Blust, yaitu bahwa tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan. Sekitar 4 000 tahun lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke Filipina. Kira-kira 500 tahun kemudian, ada kelompok yang mulai bermigrasi ke selatan menuju kepulauan Indonesia sekarang, dan ke timur menuju Pasifik.
Namun orang Austronesia ini bukan penghuni pertama pulau Borneo. Antara 60 000 dan 70 000 tahun lalu, waktu permukaan laut 120 atau 150 meter lebih rendah dari sekarang dan kepulauan Indonesia berupa daratan (para geolog menyebut daratan ini "Sunda"), manusia sempat bermigrasi dari benua Asia menuju ke selatan dan sempat mencapai benua Australia yang saat itu tidak terlalu jauh dari daratan Asia.
Dari pegunungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.Tetek Tahtum menceritakan perpindahan suku Dayak dari daerah hulu menuju daerah hilir sungai.
Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering disebut Nansarunai Usak Jawa, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak Maanyan yang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389.Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke wilayah suku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1520).
Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang memeluk Islam tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai atau orang Banjar dan Suku Kutai. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Amas dan Watang Balangan. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang terkenal adalah Lambung Mangkurat menurut orang Dayak adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).Di Kalimantan Timur, orang Suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk Agama Islam menyebut dirinya sebagai Suku Kutai.[rujukan?] Tidak hanya dari Nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa tercatat mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf hanzi disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin. Kunjungan tersebut pada masa Sultan Hidayatullah I dan Sultan Mustain Billah. Hikayat Banjar memberitakan kunjungan tetapi tidak menetap oleh pedagang jung bangsa Tionghoa dan Eropa (disebut Walanda) di Kalimantan Selatan telah terjadi pada masa Kerajaan Banjar Hindu (abad XIV). Pedagang Tionghoa mulai menetap di kota Banjarmasin pada suatu tempat dekat pantai pada tahun 1736.
Kedatangan bangsa Tionghoa di selatan Kalimantan tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.
Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Cheng Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci.

Pembagian sub-sub etnis

Persebaran suku-suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan adat budayanya akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencar-pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan.

Dayak pada masa kini

Tradisi suku Dayak Kanayatn.
Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun Ot Danum-Ngaju biasanya disebut lewu/lebu dan pada Dayak lain sering disebut banua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
Prof. Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat, (orang Dayak Ngaju) menolak anggapan Dayak berasal dari satu suku asal, tetapi hanya sebutan kolektif dari berbagai unsur etnik, menurutnya secara "rasial", manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi :
Namun di dunia ilmiah internasional, istilah seperti "ras Australoid", "ras Mongoloid dan pada umumnya "ras" tidak lagi dianggap berarti untuk membuat klasifikasi manusia karena kompleksnya faktor yang membuat adanya kelompok manusia.

Tradisi Penguburan

Peti kubur di Kutai. Foto tersebut merupakan foto kuburan Dayak Benuaq di Kutai. Peti yang dimaksud adalah Selokng (ditempatkan di Garai). Ini merupakan penguburan primer - tempat mayat melalui Upacara/Ritual Kenyauw. Sementara di sebelahnya (terlihat sepotong) merupakan Tempelaq yang merupakan tempat tulang si meninggal melalui Upacara/Ritual Kwangkay.
Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :
  • penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat.
  • penguburan di dalam peti batu (dolmen)
  • penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
Menurut tradisi Dayak Benuaq baik tempat maupun bentuk penguburan dibedakan :
  1. wadah (peti) mayat--> bukan peti mati : lungun selokng dan kotak
  2. wadah tulang-beluang : tempelaaq(bertiang 2) dan kererekng (bertiang 1) serta guci.
berdasarkan tempat peletakan wadah (kuburan)Suku Dayak Benuaq :
  1. lubekng (tempat lungun)
  2. garai (tempat lungun, selokng)
  3. gur (lungun)
  4. tempelaaq dan kererekng
Pada umumnya terdapat dua tahapan penguburan:
  1. penguburan tahap pertama (primer)
  2. penguburan tahap kedua (sekunder).

Penguburan primer

  1. Parepm Api (Dayak Benuaq)
  2. Kenyauw (Dayak Benuaq)

Penguburan sekunder

Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di gua. Di hulu Sungai Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kalimantan Timur, banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik. Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari terbit.
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni :
  • dikubur dalam tanah
  • diletakkan di pohon besar
  • dikremasi dalam upacara tiwah.

Prosesi penguburan sekunder

  1. Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah.
  2. Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
  3. Marabia
  4. Mambatur (Dayak Maanyan)
  5. Kwangkai Wara (Dayak Benuaq)
    Agama
    Masyarakat Dayak menganut agama leluhur yang diberi nama oleh Tjilik Riwut sebagai agama Kaharingan. Sekarang, agama ini kian lama kian ditinggalkan. Sejak abad pertama Masehi, agama Hindu mulai memasuki Kalimantan dengan ditemukannya peninggalan agama Hindu di Amuntai, Kalimantan Selatan, selanjutnya berdirilah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Semenjak abad ke-4 masyarakat Kalimantan memasuki era sejarah yang ditandai dengan ditemukannya prasasti peninggalan dari Kerajaan Kutai yang beragama Hindu di Kalimantan Timur. Penemuan arca-arca Buddha yang merupakan peninggalan Kerajaan Brunei kuno, Kerajaan Sribangun (di Kota Bangun, Kutai Kartanegara) dan Kerajaan Wijayapura. Hal ini menunjukkan munculnya pengaruh hukum agama Hindu-Buddha dan asimilasi dengan budaya India yang menandai kemunculan masyarakat multietnis yang pertama kali di Kalimantan. Dengan menyebarnya agama Islam sejak abad ke-7 mencapai puncaknya di awal abad ke-16, masyarakat kerajaan-kerajaan Hindu menjadi pemeluk-pemeluk Islam yang menandai kepunahan agama Hindu dan Buddha di Kalimantan. Sejak itu mulai muncul hukum adat Melayu/Banjar yang dipengaruhi oleh sebagian hukum agama Islam (seperti budaya makanan, budaya berpakaian, budaya bersuci), namun umumnya masyarakat Dayak di pedalaman tetap memegang teguh pada hukum adat/kepercayaan Kaharingan. Sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kini memilih Kekristenan, namun kurang dari 10% yang masih mempertahankan agama Kaharingan. Agama Kaharingan sendiri telah digabungkan ke dalam kelompok agama Hindu (baca: Hindu Bali) sehingga mendapat sebutan agama Hindu Kaharingan. Namun ada pula sebagian kecil masyarakat Dayak kini mengkonversi agamanya dari agama Kaharingan menjadi agama Buddha (Buddha versi Tionghoa), yang pada mulanya muncul karena adanya perkawinan antarsuku dengan etnis Tionghoa yang beragama Buddha, kemudian semakin meluas disebarkan oleh para Biksu di kalangan masyarakat Dayak misalnya terdapat pada masyarakat Dayak yang tinggal di kecamatan Halong di Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang Dayak (sehingga Dayak Muslim Kalbar terpaksa membentuk Dewan Adat Dayak Muslim tersendiri), tetapi hal ini tidak berlaku di propinsi lainnya sebab orang Dayak juga banyak yang memeluk agama-agama selain Kristen misalnya ada orang Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kemudian masuk Islam namun tetap menyebut dirinya sebagai suku Dayak. Agama sejati orang Dayak adalah Kaharingan. Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan berlaku hukum adat Dayak, namun tidak semua daerah di Kalimantan tunduk kepada hukum adat Dayak, kebanyakan kota-kota di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Melayu/Banjar seperti suku-suku Melayu-Senganan, Kedayan, Banjar, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan. Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan. Di masa kolonial, orang-orang bumiputera Kristen dan orang Dayak Kristen di perkotaan disamakan kedudukannya dengan orang Eropa dan tunduk kepada hukum golongan Eropa. Belakangan penyebaran agama Nasrani mampu menjangkau daerah-daerah Dayak terletak sangat jauh di pedalaman sehingga agama Nasrani dianut oleh hampir semua penduduk pedalaman dan diklaim sebagai agama orang Dayak.
Jika kita melihat sejarah pulau Borneo dari awal. Orang-orang dari Sriwijaya, orang Melayu yang mula-mula migrasi ke Kalimantan. Etnis Tionghoa Hui Muslim Hanafi menetap di Sambas sejak tahun 1407, karena pada masa Dinasti Ming, bandar Sambas menjadi pelabuhan transit pada jalur perjalanan dari Champa ke Maynila, Kiu kieng (Palembang) maupun ke Majapahit. Banyak penjabat Dinasti Ming adalah orang Hui Muslim yang memiliki pengetahuan bahasa-bahasa asing misalnya bahasa Arab. Laporan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Dinasti Ming yang mengunjungi Banjarmasin pada awal abad ke-16 mereka sangat khawatir mengenai aksi pemotongan kepala yang dilakukan orang-orang Biaju di saat para pedagang sedang tertidur di atas kapal. Agamawan Nasrani dan penjelajah Eropa yang tidak menetap telah datang di Kalimantan pada abad ke-14 dan semakin menonjol di awal abad ke-17 dengan kedatangan para pedagang Eropa. Upaya-upaya penyebaran agama Nasrani selalu mengalami kegagalan, karena pada dasarnya pada masa itu masyarakat Dayak memegang teguh kepercayaan leluhur (Kaharingan) dan curiga kepada orang asing, seringkali orang-orang asing terbunuh. Penduduk pesisir juga sangat sensitif terhadap orang asing karena takut terhadap serangan bajak laut dan kerajaan asing dari luar pulau yang hendak menjajah mereka. Penghancuran keraton Banjar di Kuin tahun 1612 oleh VOC Belanda dan serangan Mataram atas Sukadana tahun 1622 dan potensi serangan Makassar sangat mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Kalimantan. Sekitar tahun 1787, Belanda memperoleh sebagian besar Kalimantan dari Kesultanan Banjar dan Banten. Sekitar tahun 1835 barulah misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di wilayah-wilayah pemerintahan Hindia Belanda yang berdekatan dengan negara Kesultanan Banjar. Pada tanggal 26 Juni 1835, Barnstein, penginjil pertama Kalimantan tiba di Banjarmasin dan mulai menyebarkan agama Kristen. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris.

teknik dasar mencari kerusakan DVD

teknik dasar mencari kerusakan DVD

Prosedur sederhana reparasi(service) DVD

1.Mati total

solusi:

A. perhatikan gejala mati total tersebut apakah karena disebabkan tegangan dari listrik PLN memang tidak masuk sama sekali?
* biasanya mati total ini ditandai dengan tidak adanya sama sekali indikator yang menyala
bila anda mempunyai multimeter dapat dengan mudah mengukur tegangan listrik dari kabel power ke rangkaian regulator(power supply)
* bila memang tegangan power dari PLN masuk ke dalam unit power supply ,bisa di ukur tegangan output dari power supply tersebut :DVD model terbaru hanya menggunakan 2 buah tegangan yaitu +5V dan +12V ,umumnya model lama agak sedikit rumit Karena menggunakan +12V,-12V,+5V,+3,3V.
* bila ternyata tegangan tersebut semua ada bisalah dipastikan Decoder Board nya yang rusak,atau istilah keren dikalangan montir adalah MPEG ,tetapi jangan anda langsung mengganti MPEG tersebut karena biasanya bukan rusak dari rangkaian "Hardware" ,tetapi ada kemungkinan rusak karena "Firmware" corrupt,atau hilang ,jadi jangan terburu buru ganti MPEG ,apalagi DVD model baru yang menggunakan SPI Flash ,itu lebih sering rusak" firmwarenya"solusinya tinggal isi lagi "firmwarenya" dari PC ke DVD player tersebut .

B.Tidak ada suara

*gejala tidak ada suara biasanya di karekan rangkaian Mute bekerja atau bisa juga karena Ic Pre amp (4558) rusak.
bila rusak karena rangkaian mute bekerja ,saya sering mencabut 2 buah transistor pada bagian Mute tersebut,kerusakan ini sering tsaya dapati pada DVD Vitron.


C.problem no disk pada DVD

*penyebab utama adalah optik,tetapi perhatikan dulu gejalanya ,karena juga terkadang dari motor spindel(motor tempat piringan DVD muter gitu maksudnya).
*bisa terjadi juga dikarenakan kabel flexsible rusak.

kerusakan optik biasa pada umumnya terjadi karena laser dioda sudah tidak menghasilkan output power yang sesuai ,umumnya output laserdiode DVD player adalah 7mW untuk DVD,untuk VCD danCD berkisar antara 5mW
dan juga kerusakan bisa terjadi karena sudut penembakan laser diode yang tidak presisi ,karena begitu kecil ukurannya bagi mata awam untuk membuat ukuran tersebut normal kembali yaitu mikrometer,jadi sebenarnya optik yang rusak bisa diperbaiki dengan menggunakan alat yang lengkap ,tetapi karena harga alat tersebut amat mahal ,lebih baik beli yang sudah jadi

menurut datasheet optik sf hd 60-62,65 menggunakan jenis laser dode buatan toshiba yaitu TOLD2000MDA(TOLD 2000FDA) sedangkan KHM 310;313 menggunakan laser diode SONY



TIDAK ADA GAMBAR (DVD PLAYER TIDAK KELUAR GAMBAR)

TIDAK ADA GAMBAR (DVD PLAYER TIDAK KELUAR GAMBAR)

TIDAK ADA GAMBAR (DVD PLAYER TIDAK KELUAR GAMBAR)


Kasus umum yg sering di dapat pada DVD player adalah tidak keluar gambar...............terutama sekali pada type2 DVD "semoga awet"........



beberapa trik akan sedikit di ulas terutama pada Hardware atau MPEG(umumnya pada DVD semoga awet").......tidak menutup kemungkinan akan saya bahas juga cara yg agak sederhana dengan sistem FLASH ulang EEPROM............


pengecekan pertama bila mendapat kasus seperti ini adalah dengan melihat output pada sinyal Y.....(umumnya jack berwarna hijau )........untuk DVD yg mempunyai VGA output bisa juga langsung kita pasang pada VGA monitor,tetapi model-model sekarang jarang menggunakannya...............

perhatikan apakah output Y keluar ????......tampilan output Y berbeda...beda.....terkadang keluar hitam putih dan juga ada yang singkron..(UTAMAKAN MATIKAN FASILITAS BLUE BACK PADA TV yg akan di gunakan untuk memeriksa tampilan OUTPUT Y)...

ada beberapa kasus tampilan Y juga tidak keluar,tetapi jangan terlalu di masalah kan.................

berkutnya adalah :
1.- backup data pada EEPROM....(READ kemudian Di save.....)...untuk model IC EEPROM 8pin
  -untuk type MPEG yg menggunakan Parallel EEPROM ,setinggan data tersimpam pada memory type      24CXX...........perhatikan dengan jelas........

2.-gunakan FIRMWARE lain....yg mengunakan MPEG board sama .....( CHIPSET yang di gunakan sama)
   -untuk MPEG yg menggunakan Parallel EEPROM ,>>> read dan save data pada IC 24CXX

hal ini untuk menjaga supaya aman ,bila ada kesalahan kita bisa memasukan kembali data tersebut

SIFAT SHOLAT NABI

SIFAT SHOLAT NABI
Urutan dan tata cara sifat sholat yang dicontohkan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam sesuai dengan sabdanya:
(( صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ ))
"Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat". (HR. Bukhori)
Adalah sebagai berikut:
  1. Niat
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
(( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ...))
"Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada niatnya...". (HR. Bukhori dan Muslim)
Ibnu Abdil Izz rohimahulloh berkata: "Tidak ada seorang pun diantara empat orang imam termasuk imam Syafi'i yang mensyaratkan diucapkannya niat, karena menurut kesepakatan mereka niat adalah amalan hati. Akan tetapi, sebagian Ulama' mutaakhiriin ada yang mensunnahkan diucapkannya niat beralasan dengan salah satu pendapat madzhab Syafi'i". An-Nawawi: "Ini pendapat keliru".
Ibnu Qoyyim rohimahulloh berkata: "Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam apabila berdiri melaksanakan sholat, beliau mengucapkan: "Allohu Akbar", tidak sedikitpun beliau ucapkan sesuatu sebelumnya dan tidak pula melafadzkan (mengucapkan) niatnya. Tidak ada seorangpun yang meriwayatkan masalah tersebut, baik dengan sanad yang shohih, dho'if, musnad atau mursal sekalipun, baik dari pendapat seorang shohabat, istihsannya seorang tabi'in atau pendapat empat imam sekalipun". (Al-Qoulul Mubin fi Akhtoil Mushollin: 98)
  1. Takbirotul Ihrom.
Yaitu mengucapkan Allohu Akbar, diiringi dengan mengangkat kedua telapak tangan (sebelum, bersamaan, atau sesudah mengucapkan Allohu Akbar) searah bahu atau telinga serta sedikit merenggangkan jari-jari kearah kiblat.
  1. Meletakkan Tangan Kanan Di atas Tangan Kiri diatas Dada.
Ini merupakan sunnah atau kebiasaan para Nabi, dan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam pun menyuruh para shohabatnya untuk melakukannya.
  1. Membaca Do'a Iftitah secara pelan-pelan.
”اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُـمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ، بِالثَّلْجِ وَالمـَاءِ وَالْبَرَدِ“.
"Ya Alloh jauhkan antaraku dengan kesalahan-kesalahanku, seperti Engkau jauhkan antara barat dengan timur. Ya Alloh bersihkan (diri)ku dari kesalahan-kesalahan, seperti Engkau bersihkan baju putih dari kotoran. Ya Alloh cucilah (diri)ku dari kesalahan-kesalahan dengan es, air, dan embun". (HR. Bukhori: 744 dan Muslim: 1382)
Atau membaca do'a:
”وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيْفاً وَمَا أَنَا مِنَ المُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلَاتِيْ، وَنُسُكِيْ، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ المُسْلِـمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ المَلِكُ لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنـَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعاً إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنـِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْـتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا، لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالخَيْرُ كُلُّهُ بِيَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعـَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَـيْكَ“.
"Aku hadapkan wajahku kepada Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh patuh, dan tiadalah aku dari golongan musyrikin. Sesungguhnya sholatku dan ibadahku, hidup serta matiku, adalah hanya untuk alloh Robb semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan untuk itulah aku diperintah. Sedang aku termasuk golongan muslimin. Ya Alloh Engkaulah Robbku dan aku adalah hambamu, aku telah berbuat aniaya terhadap diriku dan aku akui kesalahanku, maka ampunilah dosaku seluruhnya. Dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa itu kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, dimana tidak ada yang dapat menuntun kepada akhlak yang baik itu kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari akhlak jelek, dimana tidak ada yag dapat menjauhkan aku dari akhlak jelek itu kecuali Engkau. Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Alloh dan aku patuhi perintah-Mu, segala kebaikan ditangan-Mu, aku berserah diri kepada-Mu, Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi, aku mohon ampunan-Mu dan Bertaubat kepada-Mu". (HR. Muslim: 1848)
Atau do'a:
(( سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ))
"Maha Suci Engkau Ya Alloh dan dengan menyebut-Mu. Maha Berkah Nama-Mu dan Maha Tinggi kekayaan-Mu serta tidak ada illah selain-Mu". (lihat Shohih Tirmidzi: 1/77)
  1. Membaca Ta'awudz dan Basmalah dengan suara pelan.
Ta'awudz adalah mengucapkan;
"أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: مِنْ نَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ، وَهَمْزِه".
"Aku mohon perlindungan kepada Alloh dari syaithon yang terkutuk, hembusan, ludah dan bisikannya". (HR. Abu Daud: 1/203)
Kemudian dirangkai dengan membaca basmalah:
"بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ"
"Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".
  1. Membaca Al-Fatihah.
Membaca dengan suara keras; ketika rokaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib, Isya' dan Shubuh. Pada rokaat setelahnya membaca dengan suara pelan.
Membaca dengan suara pelan; pada semua rokaat pada sholat dzuhur, ashar.
  1. Setelah mengucapkan waladholliin, maka ucapkan: Amiin.
Imam sholat wajib mengeraskan bacaan Amiin ketika membaca Al-Fatihah dengan suara keras. Kemudian membaca salah satu surat dari Al-Qur'an.
  1. Mengangkat dua tangan dengan bertakbir, lalu melakukan rukuk.
Dalam ruku', dua telapak tangan diletakkan diatas lutut dengan merenggangkan jari-jari, dan menjauhkan kedua sikunya dari lambung, sehingga antara kepala dan punggung tampak rata dan lurus.
  1. membaca doa ruku' dengan suara pelan.
"سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ"
"Maha Suci Robbku lagi Maha Besar".
  1. bangun dari ruku' dengan mengangkat kedua telapak tangan hingga kearah bahu ata telinga dan mengucapkan sami Allohu liman hamidah, serta berdiri tegak.
  2. Mengucapkan do'a-do'a i'tidal.
"رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ".
"Ya Robb kami, bagi-Mu segala puji, puji-pujian yang melimpah baik lagi diberkahi". (HR. Bukhori: 1/144)
  1. Sujud, dengan mengucapkan Allohu Akbar ketika turunnya.
Hidung, kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan semua ujung jari dua kaki ditempelkan ketanah dan mengarah kearah kiblat. Kedua siku direnggangkan untuk laki-laki dan dirapatkan untuk wanita.
  1. Membaca Do'a Sujud.
Diantaranya:
”سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى“.
"Maha Suci Robbku Yang Maha Tinggi". (dibaca 3x)
  1. Duduk diantara dua sujud dengan Iftirosy (yaitu dengan melipat kaki kiri, lalu mengembangkan dan duduk di atasnya serta menegakkan telapak kaki kanan sambil menghadapkan ujung-ujung jarinya ke arah kiblat). Dengan dua telapak diletakkan diatas dua paha.
  2. Membaca do'a diantara dua sujud.
”اللَّهُمَّ اغْفِرْ لي، وَارْحَمْني، وَاهْدِني، وَاجْبُرْني، وَعافِني، وَارْزُقْني، وَارْفَعْني“
"Ya Alloh, ampunilah (dosa)ku, sayangilah (diri)ku, afiyatkan (diri)ku, berilah berilah rizqi kepadaku dan angkatlah derajatku".
Rokaat berikutnya dilakukan sesuai dengan rokaat pertama.
  1. Duduk akhir, dilakukan dengan cara duduk tawarruk (yaitu menegakkan kaki kanan dengan ujung jari-jarinya menghadap kiblat, dan melipat kaki kiri dibawah kaki kanan sambil duduk denngan pinggul diatas lantai).
Kedua tangan diletakkan diatas dua paha dengan cara menggenggam empat buah jari tangan kanan kecuali jari telunjuk dibentangkan memberikan isyarat. Kedua mata mengarah keisyarat jari telunjuk.
  1. Membaca Doa Tasyahud.
”التَّحِيَّاتُ للهِ، وَالصَّلَواتُ، وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنا وَعَلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ“
"Salam Sejahtera Hanyalah untuk Alloh. Dan sholawat serta salam sejahtera untuk Nabi demikian pula rahmat dan berkahnya. Dan semoga salam sejahtera untuk kita semua dan para hamba Alloh yang sholih. Aku berssaksi bahwa tiada ilah kecuali Alloh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya". (HR. Bukhori dan Muslim)
  1. Membaca Sholawat.
”اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ“
"Ya Alloh, berilah rohmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah beri rohmat  kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim. Dan sungguh Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Alloh, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah beri berkah kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia". (HR. Bukhori: 904)
  1. Membaca Do'a sebelum salam.
”اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيْحِ الدَّجَّالِ“
"Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari Adzab kubur dan dari Adzab Jahannam  dan dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari kejelekan Al-Masih Dajjal". (HR. Muslim: 1/ 412)
  1. lalu mengucapkan salam dua kali. Kearah kanan;
"السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ".
"Assalamu alaikum wa rohmatulloh".
Dan kearah kiri;
"السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ".
"Assalamu alaikum wa rohmatulloh".
Dengan memalingkan wajah sampai terlihat pipi dari arah belakang.

kesalahan-Kesalahan Setelah Shalat

kesalahan-Kesalahan Setelah Shalat

Di posting kali ini kita masih membahas tentang masalah shalat, karena shalat itu sangat penting bagi umat islam. Shalat itu membedakan antara Muslim dan Kafir. Jadi kita harus benar dalam menjalankan ibadah shalat menurut Al-Qir'an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salauf Shaleh.

Beberapa hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang setelah shalat fardhu (wajib) yang lima waktu, tetapi tidak ada contoh dan dalil dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para Sahabat رضي الله عنهم.

Diantara Kesalahan dan Bid'ah tersebut ialah :


1. Mengusap muka setelah salam.231

2. Berdo'a dan berdzikir secara berjama'ah yang dipimpin oleh imam shalat.232

3. Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/dalilnya, baik secara lafazh maupun bilangannya, atau berdzikir dengan dasar yang dha'if(lemah) atau maudhu'(palsu).
Contohnya :

- Sesudah shalat membaca "Alhamdulillah"
-Membaca Surat Al-Fatihah setelah salam
-Membaca beberapa ayat terakhir surat Al-Hasyr dan lainnya.

4. Menghitung Dzikir dengan memakai biji-bijian tasbih atau yang serupa dengannya. Tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang menghitung dzikir dengan biji-bijian tasbih, bahkan sebagian maudhu'(palsu).233 Syaikh Al-Albani رحمه الله mengatakan: " Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid'ah."234

Syaikh Bakr Abi Zaid mengatakan bahwa Berdzikir dengan menggunakan biji-bijian tasbih menyerupai orang-orang Yahudi, Nasrani, Bhudha, dan perbuatan ini adalah bid'ah dhalaalah.235

Yang disunnahkan dalam berdzikir adalah dengna menggunakan jari-jari tangan :
Dari Abullah bin 'Amr رضي الله عنه, ia berkata: " Aku melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya."236

Bahkan, Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan para sahabat wanita menghitung : Subhanallah,alhamdulillah, dan mensucikan Allah dengan jari-jari, karena jari-jari akan ditanya dan diminta untuk berbicara (pada hari kiamat).237

5. Berdzikir dengan suara keras dan beramai-ramai (dengna koor/berjama'ah)

Allah عزوجل memerintahkan kita berdzikir dengan suara yang tidak keras (Qs. Al-A'raaf ayat 55 dan 205, lihat Tafsiir Ibni Katsir tentang ayat ini).

Nabi صلى الله عليه وسلم melarang berdzikir dengan suara keras sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-bukhari, Muslim dan lain-lain.

Imam asy-Syafi'i menganjurkan agar imam atau makmum tidak mengeraskan bacaan dzikir.238

6. Membiasakan/merutinkan berdo'a setelah shalat fardhu (wajib) dan mengangkat tangan pada do'a tersebut (perbuatan ini) tidak ada contohnya dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم
239

7. Saling berjabat tangan sesudah shalat fardhu (bersalam-salaman). tidak ada seorang pun dari sahabat atau Salafus Shaleh رضي الله عنهم yang berjabat tangan (bersalam-salaman) kepada orang yang disebelah kanan atau kiri, depan atau belakangnya apabila mereka selesai melaksanakan shalat. Jika seandainya perbuatan itu baik, maka akan sampai (kabar) kepada kita, dan ulama akan menukil serta menyampaikannya kepada kita (riwayat yang shahih).240

Para ulama mengatakan: "Perbuatan tersebut adalah bid'ah."241

Berjabat tangan dianjurkan, akan tetapi menetapkannya setiap selesai shalat fardhu tidak ada contohnya, atau setelah shalat shubuh dan 'Ashar, maka perbuatan ini adalah bid'ah.242
Wallaahu a'lam bish Shawaab.

_____________________________________
231 LIhat, Silsilah al-Ahadiits adh-dha'iifah wam Maudhuu'ah no. 660 oleh Imam Al-Albani.
232 Al-I'tishaam Imam asy-Syathibi hal. 455-456 tahqiq Syaikh salim al-halabi, Fataawa Al-Lajnah Ad-Daimah VII/188-189, as-Sunan wal Mub-tada'aat hal. 70 perbuatan bid'ah, (al-Qaulul Mubiin fii akhthaa-il Mushalliin hal. 304-305)
233 Lihat, Silsilah al-Ahadiits adh-dha'iifah wam Maudhuu'ah no. 83 dan 1002.
234 Silsilah al-Ahadiits adh-dha'iifah I/185.
235 As-Subhah Taariikhubawa Hukmuha, hal. 101 cet. I Daarul 'Ashimah 1419 H - Syaikh Bakar bin 'Abudillah Abu Zaid.
236 Hadits shahih, riwayat Abu Dawud no. 1502, dan at-Tirmidzi no. 3486. shahihh at-Tirmidzi III/146 no. 2714, shahih Abu Dawud I/280 no. 1330, al-Hakim I/547, al-Baihaqi II/253.
237 Hadits hasan, riwayat Abu Dawud no. 1501 dan at-Tirmidzi no. 3486 dan al-Hakim I/157. Dhisankan oleh Imam An-Nawawi dan Ibnu Hajar Al-Asqalani.
238 Fat-hul Baari II/326 dan al-Qaulul Mubiin hal. 305.
239 Lihat Zaadul Ma'aad I/257 tahqiq al-Arna'ut. Majmuu' Fataawa Syaikh bin Bazz XI/167, dan Majmuu' Fataawa Rasaa-il 'Utsaimin XIII/253-259.
240 Tamaamul Kalaam fi Bid'iyyatil Mushaafahah ba'das salaam - Dt. Muhammad Musa Alu Nashr.
241 Al-Qaulul Mubiin fii Akhbhaa-il Mushaliin hal.293-294 Syaikh Masyhur Hasan Slaman
242 Al-Qaulul Mubiin fii Akhbhaa-il Mushaliin hal. 294-295 dan Silsilah al-Ahaadiits Ash-sgahiihah I/53